Peran Media untuk Peningkatan Kesadaran Kanker

Kanker termasuk penyakit yang ditakuti di masyarakat karena dianggap sebagai silent killer. Dimana gejala awalnya tidak nampak jelas tapi tiba-tiba menyerang dan menyebabkan kematian.

Tingkat kematian akibat kanker di Indonesia dan negara berkembang lainnya masih tinggi. Bahkan WHO memperkirakan pada tahun 2030 nanti akan terdapat 27 juta kasus baru kanker dan 75 juta orang hidup dengan kanker dan angka kematian akibat kanker di seluruh dunia akan menjadi 17 juta. Atau mengalami kenaikan sebanyak 200%.

Diantara berbagai faktor yang dianggap sebagai penyebab kenaikan tersebut, salah satunya dikarenakan keterlambatan dimulainya terapi pengobatan kanker. Penderita kanker pada umumnya baru memeriksakan diri ke dokter saat kankernya sudah di stadium lanjut. Padahal untuk pengobatan kanker, waktu adalah kunci. Semakin cepat sel kanker ditemukan, semakin cepat pula dilakukan terapi, maka peluang kesembuhan akan semakin tinggi.

Namun kurangnya informasi mengenai kanker serta banyaknya mitos-mitos yang berkembang di masyarakat mengenai kanker dan terapinya, seringkali menjadi penghambat untuk seseorang yang mengalami gejala kanker untuk segera memeriksakan diri. Hal ini masih ditambah dengan masifnya promosi produk ataupun promosi metode pengobatan yang mengklaim dapat menyembuhkan kanker.

Dr. Drajat, selaku ketua YKI Jawa Barat memaparkan mengenai kanker payudara

 

Untuk itulah maka pada hari Selasa 22 November 2022, bertempat di Bumi Samami Bandung, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) koordinator cabang Jawa Barat mengadakan media event dengan judul “Upaya Mengatasi Kesenjangan Informasi Tentang Kanker”. Sesuai dengan tujuan YKI dalam penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan yang promorotif, preventif, dan suportif. Harapan akhir dari diselenggarakannya acara ini adalah media-media yang hadir dapat menjadi mitra YKI untuk memperkecil kesenjangan informasi tentang kanker. Media diharapkan dapat menjadi corong informasi yang benar mengenai kanker khususnya mengenai pentingnya deteksi dini. Dan media juga diharapkan untuk dapat meningkatkan kesadaran tentang bahaya kanker. Yang jika diambil garis besarnya, kata kuncinya adalah WASPADA dan DETEKSI DINI.

Acara media event ini juga diselenggarakan sebagai rangkaian dari World Cancer Day 2022 yang mempunyai slogan Close the Care Gap. Dengan slogan ini diharapkan upaya untuk menutup kesenjangan perawatan kanker akan terwujud di masa yang akan datang.

Tentunya salah satu upayanya adalah dengan terus menerus mengedukasi masyarakat mengenai apa dan bagaimana penyakit kanker ini dengan cara menyebarluaskan informasi mengenai kanker terutama tentang pentingnya waspada dan deteksi dini yang disebutkan sebelumnya.

***
Pada kesempatan media event tersebut, pihak media diberi edukasi oleh dua orang pemateri. Pembicara pertama adalah Dr. Dradjat R. Suardi., Sp.B(K)-Onk., FICS. Beliau adalah seorang dokter spesialis bedah onkologi dan juga menjabat sebagai ketua YKI cabang koordinator Jawa Barat. Materi yang dibawakan berjudul “Apa Itu Kanker dan Kesenjangan Informasi Kanker Payudara”.

Pemateri kedua adalah dr. Indra Wijaya, Sp.PD-KHOM dengan judul materi “Kesenjangan Informasi Tentang Kanker Paru”. Dokter Indra juga menjabat sebagai wakill ketua IV bidang Penelitian dan Registrasi Kanker.

dr. Indra, dalam pemaparan materi tentang kanker paru

Pemilihan kanker payudara dan kanker paru sebagai tema materi tentunya bukan tanpa alasan kuat. Kanker payudara adalah kanker dengan tingkat kejadian tertinggi di Indonesia. Sementara kanker paru adalah kanker dengan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Hingga edukasi mengenai kanker payudara dan kanker paru masih sangat dibutuhkan.

Kedua materi disampaikan dengan baik sekali oleh para pembicara sehingga mudah dipahami oleh pihak media yang dalam hal ini awam tentang dunia medis pada umumnya dan kanker khususnya. Suasana terbangun santai dan diselingi humor disana sini dengan tidak mengurangi keseriusan dalam pemberian dan penyerapan materi. Ada mitos-mitos tentang kanker yang langsung dipatahkan secara tegas pada saat pemaparan materi. Seperti misalnya, tentang kanker sebagai penyakit keturunan. Banyak orang mengira kanker diturunkan secara genetik. Pada kenyataannya menurut Dr. Dradjat, hanya 5% dari total pasien beliau yang mempunyai riwayat orangtua dengan kanker.

Sesekali baik Dr. Dradjat maupun dr. Indra membagi pengalaman saat penanganan pasien yang mengidap kanker. Ada hal menarik yang yang diilustrasikan oleh dr. Indra mengenai bagaimana terapi kanker bisa terkendala oleh sistem. Memang kanker bisa dicover oleh BPJS. Namun sistem yang ada saat ini tidak memungkinkan pasien kanker dengan BPJS untuk melakukan terapi tepat waktu sebagaimana seharusnya. Hal seperti ini juga termasuk informasi yang harus dipahami oleh media sehingga kedepannya tidak akan ada penghakiman, misalnya. Atau labelling negatif ke salah satu pihak. Karena bagaimanapun dalam hal ini, semuanya bahkan dokter juga terikat oleh sistem. Dan sistemnya yang harus diperbaiki.

Setelah materi kedua selesai disampaikan, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut dengan sangat antusias oleh pihak media. Pertanyaan yang diajukan sangat beragam dan beberapa mengacu kepada pengalaman pribadi penanya. Semua pertanyaan yang diajukan dijawab tuntas oleh pemateri. Seandainya tidak terkendala waktu yang semakin siang, mungkin masih banyak pertanyaan yang akan diutarakan.

Dengan bertambahnya pemahaman pihak media yang hadir di media event kemarin, semoga kedepannya akan lebih banyak informasi-informasi yang bisa dibagi ke masyarakat luas mengenai pentingnya kewaspadaan akan kanker dan deteksi dini kanker. Juga akan lebih banyak mitos dan kesalahpahaman tentang kanker yang bisa diluruskan. Agar lebih meningkatkan lagi kesadaran tentang kanker.

Sekali lagi, karena waktu dimulainya terapi kanker memegang peranan penting dalam tingkat kesembuhan pasien kanker, semoga dengan upaya ini akan memperbaiki hasil akhir terapi dan peningkatan kualitas hidup pasien kanker melalui tindakan paliatif.

 

 

Tinggalkan komentar